English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

rss

Rabu, 21 April 2010

Siswa Berkebutuhan Khusus Juga Bisa Jadi Juara Dunia

Kemunculan Fauqia Tambunan, siswi SMA Mutiara Bunda Bandung, Jawa Barat, sebagai salah satu juara dalam The 17th International Conference of Young Scientists (ICYS) yang digelar di Denpasar, Bali, pada 12-17 April 2010 lalu, memberikan satu kesadaran baru: siswa berkebutuhan khusus juga bisa menjadi juara dunia, menyaingi siswa-siswi normal lainnya.
Kemunculan Fauqia Tambunan, siswi SMA Mutiara Bunda Bandung, Jawa Barat, sebagai salah satu juara dalam The 17th International Conference of Young Scientists (ICYS) yang digelar di Denpasar, Bali, pada 12-17 April 2010 lalu, memberikan satu kesadaran baru: siswa berkebutuhan khusus juga bisa menjadi juara dunia, menyaingi siswa-siswi normal lainnya.

Kendati mengalami tuna daksa, Fauqia mampu mengungguli siswa-siswi dari pelbagai negara maju dan menyabet medali perunggu bidang fisika dengan judul penelitian ‘Uji coba agar-agar rumput laut sebagai membran pada proses pemurnian air laut Pantai Sayang Heulang menggunakan metode osmosis balik (reverse osmosis) di Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat’.



M. Ariefianto, Kepala Sekolah SMA Mutiara Bunda, mengatakan, hal demikian menjadi bukti bahwa sekolah inklusi ramah dan baik bagi siapapun. “Tidak menghambat siapapun untuk berprestasi, menunjukkan minat, bakat, dan potensinya,” katanya. “Jadi jangan takut memberikan layanan inklusi bagi siswa kita.”

Ariefianto mengakui Fauqia juga tampak mengalami rasa minder dan kurang percaya diri saat menghadapi lawan-lawannya, namun Fauqia dapat mengatasinya bahkan menunjukkan bahwa ia lebih baik ketimbang mereka. Ia pun sebelumnya tidak menduga bahwa siswi didiknya mampu menjadi juara lantaran proses penelitian Fauqia dipercepat demi mengejar keikutsertaan dalam kompetisi tersebut. “Menyita waktu belajarnya di sekolah. Tapi pengorbanan kami, dia, dan orangtua tidak sia-sia. Semua terbayar lunas,” ucapnya, bangga.

Yang juga membuatnya bangga, Fauqia dan timnya tidak memanfaatkan situasi dengan meminta keringanan lantaran kesibukan melakukan penelitian. “Mereka tetap mengejar ketinggalannya. Setelah mereka tidak ikut belajar satu minggu, mereka cari tahu ke gurunya apa yang sudah mereka tinggalkan lalu mereka kerjakan,” ujar Ariefianto.

Ariefianto berharap prestasi Fauqia dapat meginspirasi dan memotivasi adik-adik kelas, teman, bahkan anak-anak di seluruh dunia bahwa siswa berkebutuhan khusus juga bisa menjadi juara dunia.

Tidak menduga
Andras Widi Purnomo, siswa SMA Santa Laurencia Serpong, Banten, salah satu peraih medali emas, tidak mengira akan jadi juara pertama. Ia hanya yakin penampilan presentasinya akan membuahkan medali. “Saya menduga bagus tapi tidak tahu dapat medali apa,” ujarnya.

Ia merasa senang akhirnya medali emas diraihnya. Dan ia bertekad mengaplikasikan hasil penelitiannya berjudul ‘Design of Vertical Turbine’ di masyarakat.

Demikian halnya dengan peraih medali emas lainnya Florencia Vanya Vaniara. Siswi SMA Santa Laurensia Serpong, Banten, yang mengambil judul penelitian ‘The Effectiveness of Embryonic Cell from Chicken (Psychotria rostrata) Egg and Mangosteen (Garcinia mangostana) Peel Extract in The Growth of Abnormal Cell by In Vitro Culture’, ini optimis penampilannya berbuah kemenangan. Namun soal dapat juara berapa, ia tidak berani menduga-duga.

Flo, demikian Florencia biasa disapa, berniat melanjutkan proyek penelitiannya untuk tahun depan. Memperluas imlementasi penelitiannya demi kepeningan masyarakat luas. Bicara soal cita-cita, ia ingin menjadi dokter kecantikan. Baginya, ICYS menjadi ajang yang baik untuk berkompetisi. “Juga menambah koneksi teman dari berbagai negara,” tuturnya.

Sebagai orangtua Flo, Lena Surja merasa bangga anaknya bisa menjadi juara dunia. Ia selalu mendampingi Flo terutama saat menjalani karantina. “Saat menuju ke kompetisi asti ada up and down-nya. Sebagai orangtua kita dampingi,” ujarnya.

Lena mengakui tidak menekan putrinya agar belajar keras. Ia membebaskan Flo belajar apapun yang disukainya. “Sejak kecil saya tidak terlalu menekan atau menargetkan agar menjadi nomor satu,” tegasnya.

(sumber:http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id)

0 komentar:


Posting Komentar

Cari Blog Ini















"/>




  • Direktorat Kesetaraan, Ditjen PNFI
  • Direktorat Ketenagaan, Ditjen Dikti
  • Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (SMA), Ditjen Mandikdasmen
  • Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang
  • Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan, Balitbang
  • Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Ditjen Mandikdasmen
  • Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
  • Sistem Informasi Kepegawaian PMPTK, Ditjen PMPTK
  • Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Ditjen PMPTK
  • Direktorat Profesi Pendidik, Ditjen PMPTK
  • Sertifikasi Guru, Ditjen PMPTK
  • Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen PMPTK
  • Direktorat PTK-PNF, Ditjen PMPTK
  • Interaktif Program Pembelajaran Karya Tulis dan Program SILN, Ditjen PMPTK
  • Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri, Ditjen Dikti
  • Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Ditjen Dikti
  • Inherent - Dikti
  • Website Terkait Depdagri

    Website Kantor Departemen Agama

    Website Perguruan Tinggi Agama

    Website Madrasah

    Website Eksternal Departemen Agama

    Disdikpora Kab.Bandung Barat

    Followers

     
    twitterTwitter facebookFacebook

    Halaman

    Link my friend !!

    Arsip

    Buka Semua | Tutup Semua